Selasa, 28 April 2015

PERSON CENTERED THERAPY

Terapi person centered adalah model terapi berpusat pribadi yang dikembangkan oleh psikolog humanistis Carl R. Rogers. Ia memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh masa lalu), dan berorientasi ke masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri). Menurut Roger konsep inti terapi person centered adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri. 
Konsep utama dalam person centered therapy adalah pada hakikatnya manusia mempunyai tujuan tertentu dan berkembang maju ke depan. Organisme bersifat konstruksif, realistic, progresif, dapat dipercayai dan secara kodrat alamiah memiliki potensi untuk berkembang. Aspek-aspek negatif yang terjadi pada seseorang seperti irasional, anti sosial, egoistis, kejam, distruktif, kurang matang dan regresif disebabkan karena kehidupannya tidak selaras dengan kodrat alamiahnya atau dengan kata lain konsep diri sebenarnya tidak selaras dengan konsep diri idealnya sendiri.
TEKNIK-TEKNIK PERSON CENTERED THERAPY
1.      Menerima
Terapis menerima klien dengan respek atau tertarik tanpa menilai atau menghakiminya baik itu secara positif atau negatif. klien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan klien untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
2.      Keselarasan (congruence)
Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya.
3.      Pemahaman. 
Terapis mampu melihat klien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.
4.      Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini
Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada klien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi klien.
5.      Hubungan yang membawa akibat
Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik Tersebut.  
CIRI-CIRI TERAPI
1.      Perhatian diarahkan pada pribadi bukan pada masalah. Tujuannya bukan untuk pemecahan masalah tapi membuat individu itu tumbuh untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri baik masalah sekarang atau yang akan datang dengan cara yang tepat dan sesuai dengan apa yang diinginkan.
2.      Penekanan lebih kepada faktor emosi daripada intelektual karena perbuatan lebih banyak dipengaruhi emosi daripada pikiran dari dalam diri.
3.      Memberi tekanan yang lebih besar pada keadaan yang dialami sekarang bukan di masa lalu karena pola emosi sekarang sama saja dengan pola emosi yang lalu dan berdampak pada individu itu sendiri.
4.      Penekanan pada hubungan terapeutik. Pengalaman tumbuh dari hubungan terapeutik itu sendiri sehingga individu belajar memahami diri sendiri, membuat keputusan, dan bisa berhubungan dengan orang lain secara lebih dewasa dan lebih luas.
TUJUAN PERSON CENTERED THERAPY
1.      Keterbukaan pada pengalaman
Klien diharapkan dapat lebih terbuka dan lebih sadar dengan kenyataan pengalaman mereka. Hal ini juga berarti bahwa klien diharapkan dapat lebih terbuka terhadap pengetahuan lebih lanjut dan pertumbuhan mereka serta bisa menoleransi keberagaman makna dirinya sendiri.
2.      Kepercayaan pada diri sendiri
Tujuan terapi ini adalah membantu klien dalam membangun rasa kepercayaan diri yang lebih. Biasanya pada tahap-tahap permulaan terapi, kepercayaan klien terhadap diri sendiri dan keputusan-keputusannya sendiri sangat kecil. Mereka secara inti mencari saran dan jawaban-jawaban dari luar karena pada dasarnya mereka tidak mempercayai kemampuan-kemampuan dirinya untuk mengarahkan hidupnya sendiri. Namun dengan meningkatnya keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun mulai timbul dengan sendirinya.
3.      Tempat evaluasi internal
Tujuan ini berkaitan dengan kemampuan klien untuk instropeksi diri, yang berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Klien juga diminta untuk dapat menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya sendiri.
4.      Kesediaan untuk menjadi satu proses.
Dalam hal ini terapi bertujuan untuk membuat klien sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berhubungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.

METODE TERAPI
1.      Terapis menghargai tanggung jawab klien terhadap tingkah lakunya sendiri yang diamati terapis.
2.      Terapis mengakui bahwa klien memiliki dorongan yang kuat dalam dirinya sendiri untuk mengarah pada kematangan dan independensi agar semakin mendalam.
3.      Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana klien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang ia inginkan dan ia rasakan.
4.      Membatasi tingkah laku (misalnya klien meminta agar terapis lebih lama untuk mendengarkan keluh kesahnya tapi terapis tidak boleh karena harus sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan sebelumnya).
5.      Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman terhadap apa yang diungkapkan klien kepada terapis.
6.      Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberi penafsiran, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali klien.


Sumber
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Jakarta: Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar