Rabu, 29 April 2015

ANALISIS TRANSAKSIONAL

Analisis transaksional dikembangakan oleh Eric Berne, di dalam analisis transaksional  adalah upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran logis, rasional, tujuan-tujan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Analisis Transaksional merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individu, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Analisis Transaksional berfokus pada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru. Analisis Transaktional menekankan aspek-aspek kognitif rasional, behavioral dan berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan baru dan mengubah cara hidupnya.
     KONSEP DASAR ANALISIS TRANSAKSIONAL
1.      Struktur Kepribadian
Sumber dari tingkah laku bagaimana individu melihat suatu realitas sebagaimana mereka mengolah berbagai informasi serta bereaksi dengan dunia pada umumnya, dan biasa disebut Eric Berne sebagai Ego State (Status Ego). Istilah status ego digunakan untuk menyatakan suatu sistem perasaan dan kondisi pikiran serta berkaitan dengan pola-pola dan tingkah lakunya. Status ego pada diri individu itu terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh individu yang masih membekas pada dirinya sejak kecil hingga individu itu menjadi dewasa.
Menurut Eric Berne behwa status ego seseorang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
a.         Orang tua (Parent)
     Bila individu bertingkah laku seperti orang tua atau tokoh-tokoh terdahulu, maka ia dapatlah berada dalam status ego orang tua. Setiap orang mendapatkan berbagai bentuk pengalaman, sikap, serta pendapat dari orang tuanya, maka dari itu berdasarkan pengalaman, sikap serta pendapatnya yang diperoleh dari orang tuanya masing-masing, setiap orang akan memiliki atau berada pada status ego orang tua. Dapat dikatakan bahwa status ego orang tua dapat berbentuk langsung yaitu dengan menggunakan prototype, model, tipe, dari orang tua yang baik melalui verbal maupun non-verbal. Sedangkan dengan bentuk tidak langsung adalah merupakan petunjuk, aturan, norma, dan nilai-nilai yang pernah didenngar dari orang tua atau tokoh terdahulu pada masa kecil.
b.         Dewasa (Adult)
Status ego dewasa yaitu bentuk tindakan individu berdasarkan dasar pikiran yang logis, rasional, objektif, dan bertanggungjawab. Dewasa berfungsi untuk mengumpulkan berbagai informasi, memasukkan berbagai macam data ke dalam pemikiran, kemudian mempertimbangkan berbagai bentuk kemungkinan yang ada dan yang akan dilakukan.
c.          Anak (Child)
Status ego anak yaitu suatu tindakan dari sesorang dan didasarkan pada reaksi emosional yang spontan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif. Bentuk status ego anak dapat berbentuk wajar apabila terlhat bahwa tingkah lakunya pada masa anak-anak, yaitu: adanya ketergantungan pada orang lain, spontan, bebas, agresif, tidak mau kompromi, impulsif, kreatif, ingin tahu, merasakan berbagai bentuk penemuan baru yang berbentuk status ego yang lain adalah pengaruh tertentu dari orang tuanya.
2.      Stroke
Dalam teorinya, Eric Berne mengemukakan suatu istilah yang disebut stroke, yang dapat diterjemahkan dengan “tanda perhatian”. Menurutnya stroke dapat dibedakan menjadi :
a.         Stroke Positif
            Stroke positif adalah merupakan segala bentuk perhatian yang secara langsung dapat memperkuat motivasi dan keinginan dalam kehidupannya yang diperoleh seseorang dalam awal kehidupannya. Contohnya belaian kasih sayang dar orang tua (pelik, cium).
b.         Stroke negatif
Stroke negatif adalah suatu bentuk stroke yang menunjukkan pandangan yang mengecewakan. Contohnya di tampar, di tendang, dan di naki-maki.
c.          Stroke bersyarat
Stroke bersyarat adalah sebagai suatu tanda perhatian yang diperoleh seseorang disebabkan ia telah melakukan sesuatu. Contohnya adik disuruh ke warung oleh kakakny adan setelah itu adik diberikan uang jajan oleh kakaknya.
d.         Stroke tidak bersyarat
Stroke tidak bersyarat dengan kata lain perhatian tidak bersyarat, adalah tanda perhatian yang diperoleh seseorang tanpa dikenakan persyaratan apapun. Contohnya kasih sayang orang tua kepada anaknya yang tulus tanpa imbalan apapun.
3.      Struktur Hunger
Eric Berne berpendapat bahwa kebutuhan seseorang untuk mengadakan serangkaian transaksi dengan individu lainnya adalah bersumber pada suatu stimulus atau sensation hunger, dan recognition hunger. Berdasarkan suatu penelitian, Eric Berne berpendapat bahwa  sensation hunger memiliki nilai yang sama dengan food hunger, dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup seseorang.
Pada awalanya stimulus hunger ini akan bisa terpenuhi melalui sentuhan, belaian, oleh ibunya pada waktu kecil. Sejak itu individu belajar untuk menerima berbagai bentuk rangsangan lain, contohnya pelukan, ciuman, sentuhan dan nyanyian. Dalam hubungan ini terjadilah perubahan bentuk, yaitu dari bentuk stimulus hunger menjadi recognition hunger, dan selanjutnya berkembang kearah pembentukan suatu struktur yang lebih jelas, dan perubahan ini yang di sebut Eric Berne sebagai Struktur Hunger.
   TUJUAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
Tujuan dasar dari Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalan memilih telah dibatasi oleh keputusan-keputusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang tidak jelas dan determinstik. Inti dari konseling adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang menipu dan oleh alur-alur hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadaran, spontanitas, dan keakraban.
  TEKNIK ANALISIS TRANSAKSIONAL
1.      Analisis Struktur (Structural Analysis)
            Analisis struktur sebagai alat yang dapat membantu klien agar menjadi sadar atas isi dan fungsi ego orang tua, dewasa, dan anak yang dimilikinya. Analisis struktural membantu klien dalam mengubah pola-pola yang dirasakan menghambat masa depan. Ia juga membantu dalam menemukan perwakilan ego yang mana menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan hal tersebut maka, klien bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya dengan benar.
2.      Analisis Transaksional
             Pemahaman ketiga status ego tersebut merupakan hal yang penting dalam rangka melangkah ke tahap yang selanjutnya , yaitu analisis transaksional. Analisis transaksional pada dasarnya merupakan suatu penjabaran atas suatu analisis yang dilakukan oleh orang-orang satu sama lain. Orang-orang yang melibatkan suatu transaksi di antara perwakilan-perwakilan ego mereka. Ketika pesan disampaikan, diharapkan ada suatu respon. Dalam hal ini yang terpenting bagi konselor adalah mampu untuk menaganalisis status ego yang ada, dan status ego manakah yang memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Dalam menganalisis, tidak cukup hanya lewat pernyataan-pernyataannya saja, melainkan juga dengan secara non-verbal, misalnya dengan sikap tubuh, mimik muka, nada suara, dan tindak tanduknya dalam berinteraksi.
3.      Analisis Mainan
            Game menurut Eric Berne merupakan suatu rangkaian transaksi tersembunyi yang berulang menuju pada hasil psikologis yang nyatanya dapat diduga sebelumnya.  Suatu game memilki tiga unsur penting, yaitu :
a.         Transaksi yang tampaknya berjalan seperti biasa dapat terlihat seakan-akan transaksi berlangsung secara wajar.
b.         Dalam transakasi tampak ada suatu maksud yang tersembunyi.
c.          Adanya imbalan.
Peranan konselor dalam analisis game yaitu apabila klien benar-benar termotivasi untuk memperbaiki sikap, sifat, maupun kebisaaan yang dirasakan perlu untuk diperbaiki dan memerlukan bantuan dari konselor.
4.      Analisis Naskah
            Analisis Naskah merupakan langkah terakhir dari suatu tata laksana pendekatan konseling dengan berorientasi pada Analisis transaksional. Analisis naskah terjadi sejak masa bayi masih dalam masa asuhan orang tuanya. Di mana pada masa itu terjadi bentuk transaksi antara orang tua dengan anak-anaknya. Lama-lama dengan terjadinya transaksi antara anak dan orang tua terbentuklah suatu tujuan hidup atau rencana hidup yang dalam istilah analisis transaksional disebut script. Segi positif dari naskah merupakan naskah tersebut bisa diubah, karena naskah tersebut terjadi dengan adanya proses learned atau sesuatu yang dibiasakan dan bukan karena faktor pembawaan.


Sumber
Corey Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Pikotrapi . Bandung: Rafika Aditama
Sukardi, Dewa Ketut . 2002. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta


LOGOTERAPI

Logoterapi di buat oleh viktor emil frankl. Ia menekankan pentingnya kemauan akan arti, ia berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan manusia harus dapat mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup.
Logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pondasi utama filosofis yang satu dengan lainya erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:
1.        Kebebasan berkehendak ( Freedom of Will )
          Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang harus ada, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap atas kondisi-kondisi tersebut.
2.        Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning )
Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang paling utama adalah mencari makna. Makna yang dimaksud berbeda dengan psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi kesenagan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik dan menawari bukannya mendorong. Karena sifatnya menarik maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia dapat menjadi individu yang bermakna dengan  berbagai kegiatan yang lengkap dengan makna.
3.        Makna Hidup ( The Meaning Of  Life )
Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, dan di inginkan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa  berbeda  antara satu individu dengan individu lain dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam maupun detik. Karena itu yang terpenting bukan makna hidup secara umum, tetapi makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu.
TUJUAN LOGOTERAPI
Di dalam masalah yang dihadapi klien dapat menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut dan dapat hidup dengan keinginannya sendiri.
PERAN TERAPIS
1.        Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah antara klien dan terapis
2.        Mengendalikan filsafat pribadi
3.        Terapis bukan guru atau pengkhotbah
4.        Memberi makna lagi pada kehidupan klien
5.        Memberi makna lagi pada penderitaan yang dihadapi klien
6.        Menekankan makna kerja
7.        Menekankan makna cinta
TEKNIK LOGOTERAPI
1.        intensi paradoksal
yaitu mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti. Contohnya ketakutan pada kecoa dan akan diterapi untuk menghilangkannya.
2.        de-refleksi.
Persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Contohnya ketakutan akan menghadapi sidang skripsi, jika selalu dipikirkan sidang tersebut tidak akan berjalan lancar maka cara yang tepat mengalihkannya adalah dengan cara refreshing atau bermain dengan teman untuk melepaskan beban pikiran yang ada.


Sumber
Gerald Corey. (2007). Teori dan Praktek Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup danMeraih           Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.



Selasa, 28 April 2015

PERSON CENTERED THERAPY

Terapi person centered adalah model terapi berpusat pribadi yang dikembangkan oleh psikolog humanistis Carl R. Rogers. Ia memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh masa lalu), dan berorientasi ke masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri). Menurut Roger konsep inti terapi person centered adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri. 
Konsep utama dalam person centered therapy adalah pada hakikatnya manusia mempunyai tujuan tertentu dan berkembang maju ke depan. Organisme bersifat konstruksif, realistic, progresif, dapat dipercayai dan secara kodrat alamiah memiliki potensi untuk berkembang. Aspek-aspek negatif yang terjadi pada seseorang seperti irasional, anti sosial, egoistis, kejam, distruktif, kurang matang dan regresif disebabkan karena kehidupannya tidak selaras dengan kodrat alamiahnya atau dengan kata lain konsep diri sebenarnya tidak selaras dengan konsep diri idealnya sendiri.
TEKNIK-TEKNIK PERSON CENTERED THERAPY
1.      Menerima
Terapis menerima klien dengan respek atau tertarik tanpa menilai atau menghakiminya baik itu secara positif atau negatif. klien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan klien untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
2.      Keselarasan (congruence)
Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya.
3.      Pemahaman. 
Terapis mampu melihat klien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.
4.      Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini
Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada klien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi klien.
5.      Hubungan yang membawa akibat
Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik Tersebut.  
CIRI-CIRI TERAPI
1.      Perhatian diarahkan pada pribadi bukan pada masalah. Tujuannya bukan untuk pemecahan masalah tapi membuat individu itu tumbuh untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri baik masalah sekarang atau yang akan datang dengan cara yang tepat dan sesuai dengan apa yang diinginkan.
2.      Penekanan lebih kepada faktor emosi daripada intelektual karena perbuatan lebih banyak dipengaruhi emosi daripada pikiran dari dalam diri.
3.      Memberi tekanan yang lebih besar pada keadaan yang dialami sekarang bukan di masa lalu karena pola emosi sekarang sama saja dengan pola emosi yang lalu dan berdampak pada individu itu sendiri.
4.      Penekanan pada hubungan terapeutik. Pengalaman tumbuh dari hubungan terapeutik itu sendiri sehingga individu belajar memahami diri sendiri, membuat keputusan, dan bisa berhubungan dengan orang lain secara lebih dewasa dan lebih luas.
TUJUAN PERSON CENTERED THERAPY
1.      Keterbukaan pada pengalaman
Klien diharapkan dapat lebih terbuka dan lebih sadar dengan kenyataan pengalaman mereka. Hal ini juga berarti bahwa klien diharapkan dapat lebih terbuka terhadap pengetahuan lebih lanjut dan pertumbuhan mereka serta bisa menoleransi keberagaman makna dirinya sendiri.
2.      Kepercayaan pada diri sendiri
Tujuan terapi ini adalah membantu klien dalam membangun rasa kepercayaan diri yang lebih. Biasanya pada tahap-tahap permulaan terapi, kepercayaan klien terhadap diri sendiri dan keputusan-keputusannya sendiri sangat kecil. Mereka secara inti mencari saran dan jawaban-jawaban dari luar karena pada dasarnya mereka tidak mempercayai kemampuan-kemampuan dirinya untuk mengarahkan hidupnya sendiri. Namun dengan meningkatnya keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun mulai timbul dengan sendirinya.
3.      Tempat evaluasi internal
Tujuan ini berkaitan dengan kemampuan klien untuk instropeksi diri, yang berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Klien juga diminta untuk dapat menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya sendiri.
4.      Kesediaan untuk menjadi satu proses.
Dalam hal ini terapi bertujuan untuk membuat klien sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berhubungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.

METODE TERAPI
1.      Terapis menghargai tanggung jawab klien terhadap tingkah lakunya sendiri yang diamati terapis.
2.      Terapis mengakui bahwa klien memiliki dorongan yang kuat dalam dirinya sendiri untuk mengarah pada kematangan dan independensi agar semakin mendalam.
3.      Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana klien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang ia inginkan dan ia rasakan.
4.      Membatasi tingkah laku (misalnya klien meminta agar terapis lebih lama untuk mendengarkan keluh kesahnya tapi terapis tidak boleh karena harus sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan sebelumnya).
5.      Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman terhadap apa yang diungkapkan klien kepada terapis.
6.      Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberi penafsiran, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali klien.


Sumber
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Jakarta: Kanisius

TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL

Psikologi humanistik (Humanistic Psychology) di buat oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga”.
Tokoh-tokoh dalam konseling eksistensial-humanistik yaitu, Abraham Maslow, Carl H. Rogers, Holo May, Bagental, Yourard dan Arbuckle. 
KONSEP UTAMA TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL
1.      Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia dapat berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang maka semakin dia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi.
2.      Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi bagian dasar bagi manusia. Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang dimana merupakan sesuatu yang patologis, sebab dia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan kepribadian.
3.      Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti lain bahwa selalu berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional dan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
TUJUAN TERAPI HUMANISTIK
a.       Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan hidup manusia.
b.       Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi pada diri seseorang.
c.       Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya sendiri.
d.      Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran dirinya.
e.       Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.
FUNGSI DAN PERAN TERAPIS
Terapis di dalam terapi humanistik eksistensial memiliki tugas yang paling utama, yaitu berusaha agar dapat mengerti pasien sebagai sesuatu yang ada di dalam dunia. Dimana tekhnik yang digunakan selalu mendahului suatu pengertian yang mendalam terhadap pasiennya. Prosedur yang digunakan bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu ke klien yang lain tapi juga dari satu fase ke fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.  
PROSEDUR DAN TEKHNIK TERAPI HUMANISTIK
1.      Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya : Implikasi Konseling.
Meningkatkan kesadaran diri, yang mencakup kesadaran akan adanya alternatif, motivasi, faktor yang mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup pribadi seseorang, merupakan sasaran dari semua konseling yaitu tugas terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa peningkatan kesadaran memerlukan imbalan.
2.      Kebebasan dan Tanggung Jawab : Implikasi Konseling.
Terapi eksistensial terus-menerus mengarahkan terfokus pada pertanggungjawaban klien atas situasi Mereka. Mereka tidak membiarkan klien menyalahkan orang lain, menyalahkan kekuatan dari luar. Apabila klien tidak mau mengakui dan menerima pertanggungjawaban bahwa sebenarnya mereka sendirilah yang menciptakan situasi yang ada, maka sedikit saja motivasi mereka untuk ikut terlibat dalam usaha perubahan pribadi. Terapis membantu klien dalam menemukan betapa mereka telah menghindari kebebasan dan membangkitkan semangat mereka untuk belajar mengambil resiko dengan menggunakan kebebasan yang ada. Kalau tidak berbuat seperti itu berarti klien tidak mampu berjalan dan secara neurotik menjadi ketergantungan pada terapis. Terapis perlu mengajarkan klien bahwa secara eksplisit mereka menerima fakta bahwa mereka memiliki pilihan, meskipun mereka mungkin selama hidupnya selalu berusaha untuk menghindari dari smeua pilihan itu sendiri.
3.      Usaha Untuk Mendapatkan Identitas dan Bisa Berhubungan Dengan Orang Lain : Implikasi Konseling.
Menantang klien untuk mau memulai meneliti cara dimana mereka telah kehilangan sentuhan identitas mereka, terutama dengan jalan membiarkan orang lain memolakan hidup bagi mereka. Proses terapi itu sendiri sering menakutkan bagi klien dimana pada saat itu mereka melihat kenyataan bahwa mereka telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang lain dan bahwa dalam hubungan terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan jalan menolak untuk memberikan penyelesaian atau jawaban yang mudah maka terapis memaksa klien berkonfrontasi dengan realitas yang hanya mereka sendiri yang harus bisa menemukan jawaban mereka sendiri dan dalam diri mereka sendiri.
4.      Pencarian Makna : Implikasi Konseling.
Kondisi yang tumbuh dari perasaan ketidaksempurnaan atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata tidak menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah kesadaran bahwa tindakan serta pilihan sesorang mengungkapkan kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai pribadi. dimana orang mengabaikan potensi-potensi tertentu yang dimiliki, maka tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang memerlukan penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya untk mengetahui apa yang bisa dipelajari klien tentang cara mereka menjalani kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah hidup.
5.      Kecemasan Sebagai Kondisi Dalam Hidup : Implikasi Konseling.
Kecemasan adalah materi dalam sesi terapi produktif. jika klien tidak mengalami kecemasan maka motivasi untuk mengalami perubahan menjadi rendah. maka terapis yang berorientasi eksistensial dapat menolong klien mengenali bahwa belajar bagaimana bertenggang rasa dengan keragu-raguan dan ketidakpastian dan bagaimana caranya hidup tanpa ditopang bisa merupakan tahap yang perlu dialami daam perjalanan dari hidup yang serba tergantung kea lam kehidupan sebagai manusia yang lebih autonom. Terapis dan klien dapat menggali kemungkinan yang ada, yaitu bahwa melepaskan diri dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa disertai dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa berkurang pada saat klien mengalami hal-hal yang ebih memuaskan dengan cara-cara hidup yang lebih baru.
6.      Kesadaran Akan Maut dan Ketiadaan : Implikasi Konseling.
Latihan dapat memobilisasikan klien untuk secara sungguh-sungguh memantapkan waktu yang masih mereka miliki, dan ini bisa mengubah mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka bisa menerima keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti kehidupan yang lebih bermakna.
TAHAP PELAKSANAAN TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL
1.      Tahap pendahuluan
Konselor mambantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasikan asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendgartikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercemin pada eksistensial mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
2.      Tahap pertengahan
Klien di motivasi agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dan sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas oleh klien.
3.      Tahap akhir
Berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien di motivasi agar dapat mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang lengkap. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaan kebebasan pribadinya sendiri.


Sumber
Corey, Gerald. (1988). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco.
Abidin, Zaenal. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Semiun,Yustinus.(2006). Kesehatan mental 3. Kanisius: Yogyakarta

Feist, Jess dan Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian. New York: Salemba Humanika

Senin, 27 April 2015

TERAPI PSIKOANALISIS

Tokoh psikoanalisis yaitu Sigmund Freud, Sigmund Freud adalah psikolog yang berasal dari kota Wina, Austria. Freud lahir tepatnya pada tanggal 6 Mei 1856 di Freigery yang sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan Pribar, Cekoslowakia, Austria. Ia meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Selama hampir 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria. 6 Setelah lulus pada tahun 1881, Sigmund Freud sebagai peneliti yang cerdas, sagat terlatih untuk melakukan observasi secara mendalam dan mengkaji kesesuaian pendirian dalam berbagai keragu-raguan ilmiah.
KONSEP UTAMA TERAPI PSIKOANLISIS
1.    Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian
a.         Id merupakan struktur psikis yang paling dasar, Dalam id terdapat naluri-naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginan yang direpresi. Hidup psikis janin sebelum lahir dan bayi yang baru dilahirkan terdiri dari id saja. Jadi id sebagai bawaan waktu lahir merupakan dasar awal bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut.
Sedangkan naluri id merupakan prinsip kehidupan yang awal oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan, tujuannya adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan atau mengurangi jumlah ketegangan sehinga menjadi lebih sedikit dan untuk menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan atau kegerahan sedangkan pertolongan dari ketegangan dirasakan sebagai kesenangan.
b.         Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, berfungsi untuk mengontrol dan memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas. Selain itu ego juga merupakan hasil tindakan saling mempengaruhi lingkungan garis perkembangan idividu yang ditetapkan oleh keturunan dan dibimbing oleh proses-proses pertumbuhan yang wajar.
c.          Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat evaluatif/batasan (memberikan batasan baik dan buruk). Menurut Freud superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai masyarakat, karena terdapat nilai moral yang memberiakan batasan baik dan buruk. Superego dianggap sebagai moral kepribadian. Fungsi utama dari superego jika dilihat dari hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah merintangi impuls-impuls ego terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat dan mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada realitas dan mengejar kesempurnaan yang diterima individu dari lingukngannya.
2.    Psikoanalisa Sebagai Teknik Evaluasi Kepribadian
Untuk menilai kepribadian seseorang, psikoanalisa menggunakan teknik menganalisa dengan mengeluarkan faktor-faktor yang terdapat di alam bawah sadar seseorang. Yang disebut underlying faktors. Disini psikoanalisa berpendapat bahwa pengaturan-pengaturan masa lalu sejak anak dilahirkan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian individu tersebut namun individu tidak menyadarinya. Ciri-ciri kepribadian (personality traits) pada seseorang selalu dipengaruhi pengalaman-pengalaman masa lalunya. Karena itu untuk mengetahui personality traits perlu diteliti masa lalu atau sejarah kehidupan individu yang bersangkutan dengan masa lalu.
TEKNIK TERAPI PSIKOANALISIS
1.    Teknik talking cure (chimney sweeping)
Teknik talking cure yaitu teknik yang pertama Freud melakukan prakteknya bersama dokter Josep Breuer. Teknik ini dilaksanakan dengan membina hubungan baik dengan pasien-pasiennya. Dari hubungan baik itu Freud membiarkan pasiennya menceritakan semua pengalaman-pengalaman yang pernah dialami pasien dari masa lalu. Melalui talking cure ini semua isi hati yang membuat pasien kecewa dapat disalurkan sehingga hati pasien menjadi lega terbebas dari tekananan hati yang selama ini tidak bisa disalurkan keluar kepada orang lain.
2.    Katarsis (hipnosa)
Metode katarsis ini diperoleh dari dokter Josep Breuer. Metode hipnosa adalah sebuah metode untuk menjadikan pasien-pasien setengah sadar atau berkurang kesadarannya sehingga lebih mudah dilihat isi dari alam ketidaksadarnnya. Menurut dr. Breure berdasarkan metode katarsis itu telah terbukti adanya perkaitan antara ingatan-ingatan yang dilupakan dengan gejala-gejala histories. Sebagai arti gejala-gejala itu dapat dinyatakan setelah pasien dimasukkan dalam keadaan hipnosa. Jadi dalam metode katarsis yang diajarkan oleh Breure menurut pasien dihipnosis secara mendalam, karena hanya dalam keadaan hipnosa diperoleh sumber-sumber pataganis. Dalam menghadapi kasus berat, Bernheim berulang-ulang mengatakan bahwa sugesti adalah inti manifestasi hipnotisme dan hipnotis itu sendiri adalah hasil dari sugesti atau kondisi yang disugesti. Dalam keadaan bangun, dia juga lebih suka menggunakan sugesti yang juga akan memberi hasil yang sama dengan hipnosis.
3.    Metode asosiasi bebas (free assosiation)
Asosiasi bebas merupakan teknik utama dalam psikoanalisa. konsultan meminta kepada pasien agar menghapus pikirannya dari pemikiran dan renungan sehari-hari serta sebisa mungkin menyatakan apa saja yang terlintas dalam pemikirannya betapapun menyakitkan. Asosiasi bebas yaitu suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis dari masa lalu yang teramat lama. Jadi dalam metode asosiasi bebas ini pasien harus meninggalkan setiap sikap kritis terhadap fakta-fakta yang disadari dan mengatakan apa saja yang timbul dalam pemikirannya. Freud berkeyakinan bahwa hidup psikis sama sekali detirminis dalam arti bahwa tidak ada sesuatu pun yang kebetulan oleh karena asal pasien jujur maka dokter akan dapat menyelami pikiran yang bebas dari pasien.
4.    Penafsiran mimpi
Mimpi adalah suatu psikis dan karena hidup psikis dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis maka bisa diterima jika dapat menyatakan mimpi sebagai perwujudan suatu konflik. Mimpi sebagai keinginan tidak disadari yang muncul dalam kesadaran. Di dalam mimpi ada tiga bagian yang telah dikemukakan oleh Freud yaitu;
a.         Telah diketahui bahwa materi-materi tertentu yang muncul dalam isi mimpi, yang setelah itu tidak bisa dikenali di alam sadar, adalah bagian dari pengetahuan dan pengalaman seseorang.
b.         Sumber materi-materi untuk direproduksi dalam mimpi yang diambil adalah dari masa kanak-kanak.
c.          Keanehan ingatan dalam mimpi yang paling luar biasa sekaligus paling sulit untuk dijelaskan adalah pada pemilihan materi yang akan diproduksi.

PERAN TERAPIS
1.    Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan prbadi dalam menangani kecemasan secara realistis.
2.    Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar atau menafsirkan segala sesuatu.
3.    Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penoakan klien.
4.    Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada semua cerita klien

TUJUAN TERAPI PSIKOANALISIS
1.    Membentuk kembali struktur karakter individu dengan cara membuat kesadaran yang tidak disadari didalam diri klien itu sendiri.
2.    Fokus pada upaya untuk mengalami kembali pengalaman masa anak-anak

Sumber
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia