Rabu, 16 Januari 2013

BAB IV ( MANUSIA DAN CINTA KASIH )

A.    PENGERTIAN CINTA KASIH
    Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karya W.J.S Poerdawarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rata cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada sesorang yang disertai menaruh belas kasihan.
    Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya ; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
    Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan ynag erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan Ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
    Cinta tingkat terendah adalah cinta yang paling keji, hina, dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan. Bentuknya beraneka ragam misalnya :
1.    Cinta kepada thagut. Thagut adalah syetan, atau sesuatu yang disembah selain Tuhan. Dalam surat Al Baqarah, Allah berfirman :
Dan diantara manusia dan orang- orang yang menyembah tandingan- tandingan Allah ; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang- orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
2.    Cinta berdasarkan hawa nafsu.
3.    Cinta yang lebih mengutamakan kecintaan kepada orang tua, anak, istri, perniagaan, dan tempat tinggal.
    Hikmah cinta adalah sangat besar. Hanya orang yang telah diberi kefahaman dan kecerdasan oleh allah sajalah yang mampu merenungkannya. Diantara hikmah- hikmah tersebut adalah :
1.    Sesungguhnya cinta adalah merupakan ujian yang berat dan pahit dala kehidupan manusia, karena setiap cinta akan mengalami berbagai macam rintangan.
2.    Bahwa fenomena cinta yang telah melekat di dalam jiwa manusia merupakan pendorong dan pembangkit yang paling besar di dalam melestarikan kehidupan lingkungan. Kalau bukan karena cinta, tentu manusia tidak akan pernah terdorong gairah hidupnya untuk mewujudkan apa yang dicita- citakan. Pendek kata kalua bukan fenomena cinta, tak akan pernah ada gerakan, kreasi, dan apresiasi di dunia ini. Juga tak akan pernah ada pembangunan dan kemajuan.
3.    Bahwa fenomena cinta merupakan faktor utama di dalam kelanjutan hidup manusia, dalam kenal- mengenal antar mereka. Juga untuk saling memanfaatkan kemajuan bangsa. Ia merupakan modal utama di dalam mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan yang tersimpan di dalam keindahan alam, kehidupan dan kemanusiaan.
4.      Fenomena cinta, jika diperhatikan merupakan pengikat yang paling kuat di dalam hubungan antar anggota keluarga, kerukunan bermasyarakat, mengasihi sesama mahluk hidup, menegakkan keamanan, ketentraman, dan keselamatan di segala penjuru bumi. Cinta merupakan benih dari segala kasih dan sayang, dan segala bentuk persahabatan, dimanapun adanya.

B.    CINTA MENURUT AJARAN AGAMA
    Dalam kehidupan manusia cinta menampakkan diri dalam bernagai bentuk. Kadang- kadang seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang- kadang mencintai orang lain. Atau juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai bentuk cinta ini bisa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qu’ran.
1.    Cinta diri
    Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senag untuk tetap hidup, mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Ia mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri. Ia juga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini, kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal- hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal- hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
    Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih- lebihan dan melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.
2.    Cinta kepada sesama manusia.
    Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang- orang lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan pada orang lain. Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebhakilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah lansung memberi pujian pada orang- orang yang berusaha untuk tidak berlebih- lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala- gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan zakat, bersedekah kepada orang- orang miskin dan tak punya, dan menjauhi segala larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri dan cintanya kepada orang lain, dan dengan demikian akan bisa merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
3.    Cinta seksual
    Cinta erat kaitannya dengan dorongan sksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerja sama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
    Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat golongan seksualah terbentuk keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi ramai. Bangsa- bangsa saling kenal mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industri menjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas dengan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual yang mengakui dorongan tersebut. Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam dri manusia yang tidak diingkari, tidak ditentang ataupun ditekannya. Yang diserukan Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini, lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu dengan perkawinan.
4.    Cinta kebapakan
    Mengingat bahwa antara ayah dengan anak- anaknya tidak terjalin oleh ikatan- ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si Ibu dengan anak- anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorngan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, meliankan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak- anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan merupakan faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya ia setelah meninggal dunia.
    Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kisah nabi Nuh as. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta, kasih sayang, dan belas kasihan, untuk naik keperahu agar tidak tenggelam di telan ombak.
5.    Cinta kepada Allah
    Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya di tunjukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan Ridha-Nya.
    Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesama manusia, hewan, seluruh mahluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam pandangannya semua wujud yang ada disekelilingnya mempunyai manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan- kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.
6.    Cinta kepada Rasul
    Cinta kepada Rasul yang diutus Allah, sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar- benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah yang telah menanggung derita dakwah islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesatan menuju cahaya petunjuk.
C.    KASIH SAYANG
    Pengertian kasih sayang menurut kamus umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerdawarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada sesorang.
    Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing- masing pihak di tuntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah rumah tangga itu.
    Suatu kasus yang sering terjadi, yang menyebabkan seseorang menjadi morfinis, keberandalan remaja, frustasi dan sebagainya, dimana semuanya dilatar belakangi kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarganya.
    Adanya kasih sayang ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam- macam demkian pula sebaliknya. Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :
1.    Orang tua bersifat aktif, si anak bersikap pasif.
    Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral- materil dengan sebanyak- banyaknya, dan si anak menerima saja, mengiyakan tanpa memberikan respon. Hal ini menjadikan si anak menjadi takut, kurang berani dalam masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat.
2.    Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif.
    Dalam hal ini si anak berlebih- lebihan memberikan kasih sayang terhadap orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
3.    Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
    Di sini jelas bahwa masing- masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri- sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kaish sayang, masing- masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.
4.    Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif.
    Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak- banyaknya. Sehingga hubungan orang tua dan anak sangat intim dan mesra. Saling mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.
D.    KEMESRAAN
    Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.
    Kemesraan cinta tidak hanya terpatri dalam lubuk hati masing- masing tapi juga memancar dari sinar mata keduanya yang bening dan belaian- belaian mesra jari- jemari mereka yang bergetar.
E.    PEMUJAAN
    Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Apa sebab itu terjadi adalah karena Tuhan menciptaka alam semesta.
    Tuhan adalah pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memuja-Nya. Dalam surat Al-mu’minun ayat 98 dinyatakan, “ dan aku berlindung kepada-Mu. Ya Tuhanku, dari kehadiran-Nya di dekatku.”
    Karena itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada tuhan adalah bagian hidup manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan pencipta semesta untuk manusia.
    Pemujaan – pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya. Mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon di tambahkan segala kekurangan yang ada padanya, dan lain- lain.
F.    BELAS KASIHAN
    Dalam surat Al-Qolam ayat 4, maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain, karena belas kasihan adalah perbuatan yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi sangat dipuji oleh Allah SWT.
    Perbuatan atau menaruh belas kasihan adalah orang yang berahak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelas kasihan. Masalahnya sanggupkah ia menggugah potensi belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.
    Dalam esai on love ada pengertian bahwa cinta adalah rasa persatuan tanpa syarat. Itu berarti dalam belas kasihan tidak terkandung unsur pamrih. Belas kaishan yang kita tumpahkan benar- benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas. Kalau kita memberikan uang pada pengemis agar mendapatkan pujian, itu berarti tidak ikhlas, berarti ada tujuan tertentu. Hal seperti itu banyak terjadi dalam masyarakat.
a.     Cara- cara menumpahkan belas kasihan.
    Dalam kehidupan banyak sekali yang harus kita kasihani dan banyak cara kita menumpahken belas kasihan. Yang perlu kita kasihani antara lain : yatim piatu, orang- orang jompo yang tidak mempunyai ahli waris, pengemis yang benar- benar tidak mampu bekerja. Orang sakit di rumah sakit, orang cacat, masyarakat kita yang hidup menderita dan sebagainya.
G.    CINTA KASIH EROTIS
    Pertama- tama cinta kasih erotis kerap kali dicampurrbaurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa ajtuh cinta, yaitu keruntuhan tiba- tiba tembok yang sampai waktu itu terdapat diantara dua orang yang asing satu sama lain. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu, pengalamna itimitas, kemesraan yang tiba- tiba ini pada hakekatnya hanyalah sementara saja.
Cinta kasih erotis apabila ia benar- benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian, yaitu bahwa seseorang sungguh- sungguh mencintai dan menasihi dengan jiwanya yang sedalam- dalamya, dan menerima pribadi orang lain (wanita ataupun pria) dengan jiwanya yang sedalam- dalamnya. Pada hakekatnya, semua mahluk manusia itu identik. Kita semuanya merupakan bagian dari satu : kita merupakan satu. Karena demikian halnya, maka sebenarnya tak usahlah kita ambil pusing siapa yang kita cintai dan kita kasihi. Cinta kasih pada hakekatnya merupakan suatu perbuatan kemauan, suatu keputusan untuk mengikat kehidupan dengan kehidupan orang lain. Hal ini memanglah merupakan dasar gagasan bahwa suatu pernikahan tradisional, yang kedua mempelainya tidak pernah memilih jodohnya sendiri,  tetapi telah dipilihkan untuknya oleh orang lain, yang diharapkan ialah bahwa mereka akan saling mencinta dan mengasihi.
Dengan demikian, maka baik pandangan bahwa cinta kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain dari pada perbuatan kemauan, kedua- duanya benar, atau lebih tepat jika dikatakan bahwa tidak terdapat pada yang sat, juga tidak pada yang lain. Oleh karena itu, gagasan bahwa hubungan pernikahan mudah saja diputuskan apabila orang tidak bersukses di dalamnya, merupakan gagasan yang sama sekali keliru dengan gagasan bahwa hubungan semacam itu, di dalam keadaan bagaimanapun, tidak boleh diputuskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar